Tradisi Maayunan di Tenganan Pegringsingan
Tradisi Maayunan dilaksanakan oleh para pemuda di Tenganan Pegringsingan. Ayunan tradisional ini dapat dinaiki oleh 8 orang pemuda, terdapat penjaga pada tiang penyangga berjumlah 2 orang yang bertugas untuk memutar ayunan. Proses ritual maayunan ini biasanya dilaksanakan setelah ritual perang pandan pada sebuah rangkaian upacara Usaba Sambah di Tenganan Pengringsingan.
Para pemuda duduk di Ayunan yang melingkar dengan menggunakan pakaian keemasan. Ayunan diletakkan di tengah-tengah halaman Desa dan diputar oleh dua penjaga. Sebelum digunakan ayunan terlebih dahulu diupacarai berupa upacara inisiasi. Makna apa yang dapat kita resapi dalam ritual maayunan ini ?
Maayunan menampilkan sebuah arena yang terkesan santai, jauh dari kata serius karena menggunakan maianan ayunan sebagai sarana ritual yang sakral. Dilihat dari perspektif Homo Ludens, sebuah terminologi yang dicetuskan oleh Johan huizinga, teoritisi budaya asal Belanda bahwa setiap unsur kebudayaan manusia selalu ada unsur permainan, yaitu dilakukan dengan suka rela, dilakukan pada suatu arena dengan ruang dan waktu spesifik, diawasi untuk menciptakan ketertiban dan adanya suatu ikatan emosional yang kuat antar pemain dan yang esensi adalah dapat menjadikan manusia menjadi dirinya dan hakekat dirinya.
Pemain dalam hal ini pemuda melakukan ritual dengan unsur keiklasakan karena adanya unsur menyenangkan dan gerakan-gerakan yang ringan namun sangat maknawi. Para pemuda mengikuti aturan-aturan yang telah dibakukan dengan berputar-putar di ayunan yang diawasi oleh dua orang penjaga. Unsur sakral yang ada pada aturan ditambah arena dan waktu sakral memberikan suatu arena yang khusus dan tertib. Gerakan melingkar ini lepas dari kebiasaan-kebiasaan rutin yang serius namun memberikan peran besar bagi pemuda dalam suatu ritual. Para pemuda menjadi pusat perhatian karena memerankan peran yang khusus, di ruang dan waktu yang khusus. Dengan ini para pemuda menjadi pemain yang diperhatikan dan dimaknai oleh pengamat, tidak ada hasil yang ingin dicapai hanya bagaimana proses berlangsung begitu khitmad dan mengalir. Inilah unsur “permainan” dari suatu ritual. Makna dari ritual ini adalah bagaimana memaknai roda kehidupan agar dapat berguna bagi kehidupan masyarakat. Disinilah para pemuda disebut memiliki orientasi hidup menjadi, yaitu memaknai hidupnya dengan berinteraksi dengan yang lain yaitu, aturan para pemuda lain dan alam sekitarnya.
(Ida Bagus Made Satya Wira Dananjaya)